Hari-hari Biasa di Jogja
Kalau pas lagi nggak ada acara apa-apa, habis misa aku bisa random nyari sarapan ke Pantai Depok. Motoran sendiri pake motor mio yang jarang kuservis jadi gas nya agak berat. Sepanjang jalan dengerin lagunya Reda Gaudiamo sambil membayangkan ada gadis kecil yang diseberangkan gerimis, di tangan kanannya bergoyang payung~
Biasanya kalau sudah lewat Sewon, bau anginnya mulai asin, menandakan sudah dekat laut. Sebelum gerbang Pantai Parangtritis aku belok kanan, melewati kebun bawang merah, rumah-rumah beratap pendek, sampai akhirnya bisa lihat pantai dan pohon cemara berjejeran. Sampailah di Pantai Depok. Biasanya aku pesan cakalang bakar sama cumi goreng tepung. Waktu itu harga satu menu duapuluh ribuan. Enak banget. Habis makan biasanya ngalamun bentar liat laut terus pulangnya sengaja lewat jalur pingggir pantai, biar bisa liat landasan pacu, gumuk pasir dan cemara lagi.
***
Pulang dari Pantai Depok nongkrong sebentar di angkringan Pak Miskam, minta sate ati ampela sama tahu goreng sambil update tipis berita warga Kalicode. Kalau sudah habis bahan obrolan, pulang sebentar, mandi, terus ke kampus. Di kampus lebih banyak ngobrolnya ketimbang nugasnya. Paling ke perpus sejam dua jam, terus lanjut ngobrol di kantin sama anak-anak sampe sore. Malemnya lanjut ngopi sama teman-teman yang itu-itu lagi di warung kopi sebelah kos Alip, kita nyebutnya Burjo Alip. Kadang main kartu, kadang main tebak-tebakan kata, kadang bicara yang muluk-muluk soal penanda-tinanda, tapi lebih banyak guyon recehnya. Hampir setiap hari nggak pernah sepi. Kalau lagi males sendirian di kos, cus aja ke kampus atau burjo Alip, nanti pasti ada aja temen yang nyusul terus lanjut ngobrol lama sampe ditegur satpam SKKK atau bapak kadus depan burjo.
Di hari-hari biasaku di Jogja, aku bisa ketemu orang asing yang duduk semeja di angkringan atau ngalamun bareng di pinggir laut tanpa perlu merasa capai harus dengar cerita mereka. Aku ndak punya banyak teman dekat tapi teman yang kupunya bisa kuandalkan buat apa saja, di setiap situasi.
Aku kangen hari-hariku yang biasa di Jogja yang lambat dan tidak terencana. Apalagi di masa-masa seperti ini, dimana rencana seringkali tidak menghasilkan apa-apa.
Comments
Post a Comment