Pamit Hari Ini
Tadi waktu aku berangkat balik ke Jakarta, Nana nangis kencang sekali. Sedari pagi dia udah nempel banget, tahu mau ditinggal. Aku tadinya berniat pergi diam-diam, biar si bocil nggak perlu nangis. Tapi Mbak Arum punya cara yang beda. Dia nggak mau bohong sama Nana, dibiarkan Nana ngerti aku pergi, digendongnya Nana ke teras, sengaja buat melihatku naik mobil lalu jalan meninggalkan rumah. Mbak Arum mau mengajarkan kalau datang dan pergi itu biasa, kehilangan itu pasti. Nana harus belajar melepas, nggak semua bisa dia genggam. Mbak Arum pengen Nana punya kemampuan buat menerima bukan cuma yang baik tapi juga yang buruk. Itu kemampuan yang sampai sekarang nggak kupunya. Belakangan kehilangan datang bertubi-tubi. Jangankan menerima, satu pun tidak ada yang benar-benar bisa kuatasi. Jadi maaf ya kalau minggu ini cuma bisa menyetor tulisan begini. Sudah ada dua draft tulisan yang tersimpan tapi belum ada penutupnya. Nanti pasti diselesaikan.
Comments
Post a Comment