Sebuah Target dan Hal Baru Lainnya
Sebelumnya tidak pernah membayangkan bakal patah hati di umur 29, sehari sebelum aku menemukan sehelai uban di kepala. Ini bukan soal kegagalan mencapai target apapun apalagi tuntutan umur. Tapi membayangkan harus memulai perjalanan baru setelah bertahun-tahun merasa hampir sampai tujuan, itu melelahkan.
Untungnya aku punya orang-orang dekat yang tahu caranya memberi dukungan walau dari jauh. Orang rumah selalu mengusahakan videocall tiap akhir pekan, update kabar keponakan yang lucu dan menggemaskan: Nana yang suka facetime pake emoji monyet, Banyu yang suka ngasih tebakan, atau Bumi yang nggak mau kalah tapi belum paham konsep tebakan itu apa.
Teman-teman baik juga begitu. Yang jauh dan lama ga berkabar menyempatkan diri buat ngechat atau bahkan buat datang. Ada yang ngajak makan, nonton film teranyar, jalan-jalan ke taman kota, atau nonton podcast live awwe sama pican. Beberapa yang dekat dan terjangkau sebisa mungkin ada buat memastikan aku nggak patetik sendirian. Sesederhana makan indomie di warkop, mau diajak main padahal besoknya aku masih positif covid, tetep mau dengerin padahal aku suka ngeyel dan nyari penyakit sendiri.
Duh, melihat mereka yang bersikeras memastikan aku baik-baik aja, rasanya nggak tega kalau aku nya malah tidur, menyesali yang sudah-sudah lalu menyerah buat produktif lagi. Jadi nampaknya tidak ada salahnya kalau aku ikut memastikan tubuh ini baik-baik saja, hidup dan bertumbuh. Mumpung pikiran udah bisa terkontrol, perasaan juga udah mulai tertata, ini masa yang baik buat jalan lagi, lebih kuat, lebih mandiri. Makanya setelah ngobrol sama beberapa orang, aku kepikiran buat menetapkan target-target jangka pendek biar punya tujuan tiap harinya, memikirkan hal-hal baru yang membuat senang terus membagikannya.
Nah, sekarang aku lagi masang target untuk nulis satu cerita tentang hal baru yang kucicip, kusimak, kualami, selama empat bulan ke belakang. Kenapa empat bulan? Karena momen patah hati empat bulan lalu ternyata memaksaku buat jalan lagi, keluar dari kamar, punya keberanian buat ketemu orang baru, menjajal hal-hal yang belum pernah dicoba, dan lebih memperhatikan apa yang sudah ada sampai aku akhirnya nangkap makna yang baru dari tiap mereka.
Mengingat pengalaman yang sudah-sudah, biasanya semangatku nggak akan bertahan lama sih. Tapi mari kita lihat apakah aku sanggup menulis satu cerita pendek tiap minggu. Jadi kalau secara tidak sengaja kamu membaca dan tertarik buat tahu hal-hal baru apa yang kutemui selama empat bulan terakhir, tolong tagih aja ya cerita barunya, biar aku ingat pernah pasang target sebelum nanti ketemu target baru lainnya.
Untungnya aku punya orang-orang dekat yang tahu caranya memberi dukungan walau dari jauh. Orang rumah selalu mengusahakan videocall tiap akhir pekan, update kabar keponakan yang lucu dan menggemaskan: Nana yang suka facetime pake emoji monyet, Banyu yang suka ngasih tebakan, atau Bumi yang nggak mau kalah tapi belum paham konsep tebakan itu apa.
Teman-teman baik juga begitu. Yang jauh dan lama ga berkabar menyempatkan diri buat ngechat atau bahkan buat datang. Ada yang ngajak makan, nonton film teranyar, jalan-jalan ke taman kota, atau nonton podcast live awwe sama pican. Beberapa yang dekat dan terjangkau sebisa mungkin ada buat memastikan aku nggak patetik sendirian. Sesederhana makan indomie di warkop, mau diajak main padahal besoknya aku masih positif covid, tetep mau dengerin padahal aku suka ngeyel dan nyari penyakit sendiri.
Duh, melihat mereka yang bersikeras memastikan aku baik-baik aja, rasanya nggak tega kalau aku nya malah tidur, menyesali yang sudah-sudah lalu menyerah buat produktif lagi. Jadi nampaknya tidak ada salahnya kalau aku ikut memastikan tubuh ini baik-baik saja, hidup dan bertumbuh. Mumpung pikiran udah bisa terkontrol, perasaan juga udah mulai tertata, ini masa yang baik buat jalan lagi, lebih kuat, lebih mandiri. Makanya setelah ngobrol sama beberapa orang, aku kepikiran buat menetapkan target-target jangka pendek biar punya tujuan tiap harinya, memikirkan hal-hal baru yang membuat senang terus membagikannya.
Nah, sekarang aku lagi masang target untuk nulis satu cerita tentang hal baru yang kucicip, kusimak, kualami, selama empat bulan ke belakang. Kenapa empat bulan? Karena momen patah hati empat bulan lalu ternyata memaksaku buat jalan lagi, keluar dari kamar, punya keberanian buat ketemu orang baru, menjajal hal-hal yang belum pernah dicoba, dan lebih memperhatikan apa yang sudah ada sampai aku akhirnya nangkap makna yang baru dari tiap mereka.
Mengingat pengalaman yang sudah-sudah, biasanya semangatku nggak akan bertahan lama sih. Tapi mari kita lihat apakah aku sanggup menulis satu cerita pendek tiap minggu. Jadi kalau secara tidak sengaja kamu membaca dan tertarik buat tahu hal-hal baru apa yang kutemui selama empat bulan terakhir, tolong tagih aja ya cerita barunya, biar aku ingat pernah pasang target sebelum nanti ketemu target baru lainnya.
Comments
Post a Comment